SEJAUH perhelatan Miss Universe ke-60, kontestan asal negara Latin selalu unggul, entah hanya di posisi
runner up ataupun menjadi pemenang. Bagaimana peluang kontestan asal negara-negara Asia?
Perhelatan Miss Universe 2011 berhasil menemukan pemenangnya, Leila Lopes asal Angola. Wanita Afrika kedua dan wanita kulit hitam keempat ini tentu menorehkan catatan membanggakan bagi ras dan negaranya.
Namun, prestasi tersebut sepertinya tidak sebanding dengan kontes Miss Universe yang tahun ini memasuki perhelatan ke-60. Sebab, kontestan Afrika tidak seberuntung kontestan negara Latin yang kerap menjadi pemenang di ajang tahunan tersebut.
Nasib serupa dialami pula oleh kontestan asal Asia, terakhir muncul nama Ryo Mori dari Jepang yang dinobatkan Miss Universe 2007. Sementara untuk tahun ini, wakil Asia cukup puas dengan menempati posisi
runner up ketiga (Shamcey Supsup asal Filipina) dan
runner up keempat (Luo Zilin asal China).
Presdir Mustika Ratu yang menaungi Yayasan Puteri Indonesia (YPI), Putri Kuswisnu Wardani mensinyalir penyebabnya lantaran negara Latin memiliki persiapan lebih matang. Belum lagi, dukungan masyarakat dan pemerintahnya.
“Bahwasanya negara-negara Latin kerap memenangkan ajang ini merupakan bukti kejelian mereka memilih wakil, kesiapan mereka, dan dukungan formal/informal dari pemerintah terkait maupun masyarakatnya, seperti kandidat dari Filipina, vote penggemar dari negaranya selalu tertinggi,” jelasnya lewat pesan singkat yang diterima
okezone, baru-baru ini.
Penyebab lainnya juga karena baru ada satu negara yang secara khusus memiliki sekolah kontes kecantikan (
pageant school) di kawasan Asia, tepatnya di India. Di kawasan Latin, Venezuela sudah memiliki. Di sekolah ini, wanita tercantik yang terpilih lewat kontes tahunan di negaranya mendapatkan pembekalan khusus menuju Miss Universe.
“Kita hanya punya
modeling school, padahal beda banget pendidikan yang didapat dengan
pageant school, misalnya cara jalan di
catwalk. Cara jalan di
catwalk untuk kontes kecantikan internasional ada trik khusus, saat membawakan baju
swim suit atau juga gaun malam,” sahut dr Reisa Kartikasari, Puteri Indonesia Lingkungan 2010 saat ditemui di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, belum lama ini.
Wanita yang akan berlaga di kontes Miss International pada November mendatang ini menambahkan, faktor pembawaan diri juga berperan besar. Wanita Asia, katanya, kurang bisa bersosialisasi dibandingkan wanita Latin.
“Kontestan Asia kurang bisa berbaur, bergaulnya selalu dengan yang sesama Asia,” tukasnya.
(Okezone)